Tempat Kemping di Tengah Kebun Teh Pangalengan Bandung, Ramai Pengunjung Walau Belum Rampung

By gasadven
28 March 2024
043645200_1631793399-WhatsApp_Image_2021-09-16_at_17.01.02

Liputan6.com, Jakarta – Wisata di alam terbuka jadi pilihan mayoritas wisatawan dalam masa pandemi ini. Salah satu yang terbaru adalah Nuansa Riung Gunung yang berada Kampung Riung Gunung, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Pendirinya, Aji Satriaji berinisiatif membuka tempat wisata alam yang berada di tengah perkebunan teh itu menerapkan konsep ramah lingkungan. Pengelola memanfaatkan sepertiga dari 30 hektare perkebunan teh sebagai tempat wisata.

“Sebisa mungkin kita mendirikan wisata tanpa mengganggu ekosistem yang ada di sini, terutama sumber air,” ujar Setia Pribowo, pengurus Nuansa Riung Gunung, Rabu, 15 September 2021. Terlebih, sumber air itu digunakan warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci, mandi, dan masak. 

Tempat wisata itu mulai dibangun sejak awal 2021. Pembangunannya baru rampung 50 persen, tetapi sudah viral hingga mengundang banyak pengunjung sejak dibuka pada Mei 2021.

“Kita belum promosi apapun malah. Cuman ada orang yang lewat tadi, lihat ada jembatan di atas pohon teh itu kan panjang, bisa kelihatan dari pinggir jalan. Terus orang foto, posting, dilihat, jadi banyak datang,” kata Bowo.

Jembatan yang dimaksud memang dibangun di tengah kebun teh untuk spot swafoto. Panjangnya 400 meter dengan material dari kayu. Selain itu, pengelola juga membuka tempat berkemah dan toilet yang lokasinya dekat kali kecil. Para pengunjung tak harus membawa tenda dan perlengkapan lainnya sendiri, mereka bisa menyewanya.

Saat ini, pengelola sedang membangun kabin sebagai fasilitas tambahan bagi pengunjung yang ingin menginap di Nuansa Riung Gunung. “Sebisa mungkin kita meminimalisir bangunan permanen,” ujar Bowo.

Buka 24 Jam

Bowo memaparkan bahwa pembangunan wisata itu diperkiraakan selesai pada pertengahan 2022. Ke depan, ia menyatakan seluruh area Riung Gunung akan dijadikan kampung wisata dan wisata budaya yang bekerja sama dengan pihak desa dan karang taruna setempat.

Meski begitu, Nuansa Riung Gunung beroperasi 24 jam. Itu berlaku bagi tamu yang hendak menginap. Sementara, pengunjung yang datang hanya untuk berswafoto atau makan bersama dibatasi dari pukul 07.00–17.00 WIB.

Tiket masuk reguler sebesar Rp10 ribu. Sementara, tamu yang ingin mengakses camping ground dikenai biaya masuk Rp25 ribu. Terdapat pula paket kemping sebesar Rp600 ribu yang termasuk tiket masuk, tiket parkir, sewa tenda, dan penerangan tenda.

Lemah Penerapan Prokes

Karena mengusung konsep ramah lingkungan, pengelola mengaku menaruh perhatian khusus terhadap kebersihan objek wisata. Sampah yang dihasilkan dari lokasi wisata itu dipisahkan berdasarkan jenisnya.

Meski begitu, Bowo mengakui Nuansa Riung Gunung belum memiliki sertifikasi CHSE yang jadi gold standard Kemenparekraf bagi para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif. “Kami masih dalam proses mengurus sertifikasi dari pihak perkebunan,” ujarnya.

Terkait penerapan protokol kesehatan, Bowo mengaku sudah mengikuti aturan pemerintah. Fakta di lapangan, penerapannya tidak sejalan dengan aturan 5M, khususnya terkait memakai masker, menjaga jarak, dan tidak berkerumun.

Sejumlah video viral yang beredar di media sosial menunjukkan sejumlah pengunjung bebas beraktivitas di area kemping tanpa mengenakan masker sama sekali. Di beberapa titik juga terlihat ada yang berkerumun. Tidak diketahui apakah Nuansa Riung Gunung membentuk Satgas Covid-19 internal untuk mengawasi para pengunjung agar menerapkan prokes secara ketat dan disiplin. (Gabriella Ajeng Larasati)